Filosofi Ulos
1. Ragidup Na Marhonda
Ragidup berasal dari daerah Silindung. Diambil dari kata Ragi yang artinya pola dan Idup yang artinya kehidupan, jadi Ragidup merupakan ulos dengan motif kehidupan. Ulos ini merupakan salah satu tenun Batak yang paling terkenal di daerah Silindung (Tarutung, sekitarnya), biasa disebut sebagai Ulos Raja karena memiliki status tertinggi. Status tertinggi yang dimaksud adalah mereka yang sudah menikahkan anak bahkan sudah punya cucu, yang berhak memakai ulos ini, sebagai selendang.
Terdapat dua bagian penting dalam Ulos Ragidup yaitu “pinarhalak baoa” dan “pinarhalak boru”. Pinarhalak mewakili gambaran jenis kelamin, baoa artinya laki-laki dan boru artinya perempuan. Jadi, di dalam Ragidup, terdapat motif yang memberikan identitas hidup seseorang, jika motifnya pinarhalak baoa (jenis kelamin laki-laki) maka akan dikenakan oleh pria, sedangkan pinarhalak boru (jenis kelamin perempuan) maka akan dikenakan oleh wanita.
Pada pertengahan abad kesembilan belas, Ragidup digunakan sebagai “hohop” atau penutup badan (dada sampai mata kaki). Saat ini, ulos Ragidup digunakan sebagai selendang/sengka-sengka pada acara adat tertentu. Tidak hanya itu, Ulos Ragidup dapat dijadikan sebagai hadiah pada saat acara “mambosuri”. Mambosuri adalah acara syukuran pada usia kehamilan tujuh bulanan anak pertama pada Suku Batak. Orang tua sang Ibu akan memberikan hadiah Ragidup kepada putrinya yang sedang mengandung anak pertamanya (ulos ni tondi / ulos roh).
Hal ini merupakan bentuk doa dari orang tua kepada calon Ibu dan calon cucu/bayi agar sehat sampai persalinan. Selain itu ulos ragidup juga berfungsi sebagai “ulos batang” yang dikenakan pada orang meninggal pada saat acara duka (orang yang meninggal tersebut telah “saur matua”). Ulos ragidup memiliki dua jenis yaitu Ragidup Marhonda dan Ragidup margatip. Ragidup marhonda adalah versi tertua. Ulos ini memiliki garis-garis di badannya (disebut “honda”)
2. Pinunsaan
Pinunsaan berasal dari kata “punsa” yang artinya puncak gunung, akhir perjalanan, akhir sepotong rotan. Oleh karena itu, Pinunsaan dikategorikan sebagai Ulos Raja, yaitu Ulos dengan status tertinggi yang berasal dari daerah Samosir dan Toba. Status tertinggi dalam hal ini adalah mereka yang sudah menikahkan anak bahkan sudah memilliki cucu.
Fungsi pemakaian ulos ini tidak jauh berbeda dengan Ragidup. Ulos Pinunsaan digunakan sebagai selendang, penutup badan (Dada sampai mata kaki) untuk pria dan wanita yang berkedudukan sosial tinggi pada acara seremonial.
Adapun fungsi ritual dari ulos ini adalah sebagai kain penutup badan yang meninggal untuk orang tua yang berstatus sosial tinggi. Digunakan juga sebagai hadiah dari orang tua pengantin wanita kepada orang tua pengantin pria di acara pernikahan (biasa disebut sebagai ulos pansamot). Jika menantu (pengantin pria) adalah anak sulung, Ulos Pinunsaan dapat dijadikan hadiah dari orang tua pengantin wanita. Sama seperti Ragidup, di daerah Samosir dan Toba pinunsaan juga dapat dijadikan sebagai hadiah pada saat acara mambosuri. Mambosuri adalah acara tujuh bulanan pada Suku Batak.
3. Ragi Hotang
Nama Ulos Ragi Hotang diambil dari kata Ragi yang artinya pola atau motif dan Hotang yang artinya rotan. Secara khusus, Ulos Ragi Hotang memiliki makna simbolis yang mendalam. Dalam bahasa Batak, “ragi” berarti motif, dan “hotang” berarti rotan. Jadi, Ulos Ragi Hotang memiliki motif yang menggambarkan kekuatan dan ketahanan, seperti rotan yang kuat dan elastis. Ulos ini biasanya diberikan pada acara-acara adat tertentu, terutama sebagai lambang pengikat hubungan kekeluargaan atau ikatan dalam suatu peristiwa sakral, seperti pernikahan.
Ragi Hotang merupakan ulos terbesar kedua setelah Ragidup dan Pinunsaan. Fungsinya juga tidak jauh berbeda. Pada acara pernikahan, ulos Ragihotang diberikan oleh Orang Tua perempuan kepada kedua mempelai. Ulos Ragi Hotang hanya boleh digunakan oleh pria yang sudah menikah. Jika pada saat masa lajangnya dia memakai ulos mangiring, maka pada saat dia sudah menikah dan memiliki anak, maka ulos yang dipakai adalah Ragi Hotang.
4. Simarinjam Sisi
Berasal dari dua kata yaitu “Simarinjam” yang artinya dipinjam dan “sisi”. Dinamakan Simarinjam Sisi karena dalam proses pembuatannya, “sisi” pada Ulos ini dipinjam (ditenun terpisah). Kemudian Bagian tengah (badan) Ulos akan disatukan dengan sisinya. Warna yang terdapat pada Ulos ini hanyalah warna nabara pada bagian sisi dan hitam pada bagian tengah. Ulos ini ditemukan ditenun di daerah Toba seperti porsea dan sekitarnya.Ulos ini hanya diperuntukkan kepada anak laki-laki pertama yang sudah menikah, digunakan sebagai hohop (pinggang ke mata kaki) saat acara adat/ritual. Serta, peran anak pertama yang memakai Ulos ini adalah sebagai “sipartangiang” atau pendoa. Warnanya harus nabara di sisi, dan hitam di tengah
5. Bintang Maratur
Pada daerah Silindung, Ulos ini disebut “Bintang Marotur”, sedangkan pada daerah Toba, Silalahi dan Samosir disebut “Bintang Maratur”. Terdiri dari dua kata yaitu Bintang dan “Marotur/Maratur” yang artinya mengatur, teratur. Motif Ulos ini berupa garis-garis yang beraturan dan dipadatkan di badan/tengah agar penuh/terpenuhi (“asa singkop” – Bahasa Batak). Oleh karena itu, doa yang terkandung dalam Ulos ini adalah agar setiap kerinduan/keinginan di dalam hidupnya terpenuhi (asa singkop na pinarsinta ni rohana)
Ada berbagai versi filosofi dari Ulos ini. Seperti di daerah Silindung, motif Ulos Bintang Maratur diambil dari bentuk cahaya bintang yang sangat cantik di malam hari. Oleh karena itu, Ulos ini menjadi salah satu simbol kecantikan perempuan di daerah Silindung.
Ulos ini biasanya digunakan sebagai selendang dan di beberapa daerah digunakan sebagai hohop (Bintang Maratur Na Gok). Selain itu, Ulos ini juga bisa digunakan untuk acara mambosuri (tujuh bulanan) dan di beberapa daerah juga dipakai saat acara tardidi (Baptisan)
6. Rungkung-Rungkung Ni Anduhur
Motif Ulos ini terinspirasi dari leher burung Anduhur Titi (perkutut) yang seperti garis-garis berwarna putih dan hitam (selang-seling). Ulos ini hanya dikenal di daerah Samosir dan Silindung saja, namun sebagian besar ditenun di daerah Tomok, Samosir.
Penggunaannya tidak jauh berbeda. Pada daerah Samosir Ulos ini hanya digunakan sebagai Ulos Parompa (gendongan/baby carrier). Sedangkan pada daerah Silindung, Ulos ini digunakan sebagai Ulos Parompa (gendongan/baby carrier) dan diuloskan saat upacara adat/ritual.